“Dari siapa?” tanya Els.
“Entahlah.. Ada logo sekolahmu,” kataku sambil membolak-balik amplop berwarna putih itu.
Tak lama kemudian Els sampai di ruang tamu. Langsung saja kuserahkan amplop dengan tulisan nama Els di atasnya.
Dear George,
Besok akhir pekanakan ada reuni antara Devon Boys dengan St. Stella angkatan 2011, pada:
hari dan tanggal : Sabtu, 18 Desember 2018
tempat : City Hall Hotel
waktu : 18.30 – selesai
Diharapkan kedatangannya.
Terimakasih,
Kepala Angkatan Devon Boys 2011.
“Ah.. Reuni,” ujar Els, “Sekarang giliran sekolahku.”
“Oh. Kapan?” aku bertanya.
“Sabtu minggu depan,” kata Els, “Devon Boys dengan St. Stella. Seperti saat malam keakraban.”
“Oh..,” ujarku.
“Kau ikut, ya!” suruh Els sambil tersenyum setelah melihatku ber-oh-ria.
“Aku? Kenapa?” tanyaku, “Kau serius?”
“Tentu saja!” kata Els cepat, “Akan kukenalkan teman-temanku lainnya.”
“Hahahaa.. Bukankah mereka datang di pernikahan kita?!”
“Sebagian tidak kuundang,” kata Els menjelaskan.
“Baiklah,” kataku setelah berpikir sejenak,” Cepat berangkat sana!”
Akhirnya Els pun berangkat kerja. Tentu saja seperti biasanya dia memelukku dan mencium pipiku sebelum pergi. Benar-benar sepasang suami-istri yang bahagia.
Sudah beberapa waktu berlalu setelah aku terbangun dari tidurku saat itu. Yeah, dan ternyata ini memang kenyataan. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku masih berperan sebagai istri Els??!
Kupandangi seisi rumahku. Di mana-mana terpajang foto-foto pernikahanku dengan Els. “Apakah kami begitu narsis memajang foto yang sangat banyak seperti ini??” pikirku. Ah! Aku baru ingat kalau ternyata aku memang narsis, begitu juga Els.
***
“Ayo, cepat!” seruku kepada Els, “Sudah hampir mulai!”
“Iya.. Iya..,” balas Els.
Kami berdua memasuki ruangan yang hampir penuh oleh alumni Devon Boys dan St. Stella. Begitu berjalan beberapa langkah, Ord dan kekasihnya—yang masih belum menikah—menghampiri kami. Di belakangnya kulihat teman-teman Els yang lain. Yeah, wajah mereka tak jauh beda dengan saat SMA.
“Hai, George! Hai, Kanua!” sapa mereka.
“Lihat! Kalian tampak serasi,” seru Sally, di sampingnya John berdiri tegap sambil tersenyum.
“Benar,” tambah Messi—hei, Ia terlihat anggun dan cantik!
Saat itu juga, entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh. Sesuatu yang aneh antara Messi dan Els! Sejurus kkemudian kuyakinkan pikiranku supaya tidak berpikiran yang aneh-aneh.
“Ayo kita ke sana!” ajak Sally.
“Para wanita berkumpul di sana,” tambah Messi.
“Tapi aku tidak kenal siapa-siapa,” kataku beralasan, “Aku hanya tahu sebagian orang.”
“Sudahlah, tidak apa-apa,” kata Joice yang kini terlihat lebih akrab.
Aku menoleh ke arah Els. Sepertinya dia memperbolehkanku bergabung dengan anak-anak St. Stella.
Sally dan Joice berjalan di depan, sedangkan aku dan Messi mengikuti di belakang mereka.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Messi mengawali pembicaraan.
“Eh.. Baik, kok,” kataku sedikit kaget, “Bagaimana dengan kau?”
“Baik juga,” jawab Messi sambil tersenyum.
“Hai, teman-teman!” seru Sally memecah pembicaraanku dengan Messi.
“Hai! Apa kabar?” tanya seorang teman Sally.
Baik sekali. Hehehee..,” ujar Sally, “Oh iya, kenalkan ini Kanua. Dia istri George.”
Segera setelah mendengar nama George disebut, anak-anak St. Stella langsung riuh. Aku hanya tersenyum menandakan bahwa yang dikatakan Sally benar.
Selagi Messi, Sally, dan Joice menenangkan teman-temannya, salah satu anak dari St. Stella mengatakan hal yang membuat kami kaget.
“Jadi dia yang merebut George darimu?” kata anak itu sambil melirik tajam ke arahku.
“Ada angin apa sampai-sampai George berpaling darimu?” tambah yang lainnya, “Lihat! Messi jauh lebih cantik darinya!”
Suasana mendadak berubah mencekam. “Apa-apaan ini? Aku tidak tahu!” pikirku.
Para ‘Anti Fans’-ku terus saja mengatakan hal-hal yang mencekam. Mereka terus-menerus protes kenapa Els menikah denganku, bukan dengan Messi. Suara mereka benar-benar keras dan ribut!
Kulihat Sally, Messi, dan Joice berusaha menenangkan anak-anakbrutal itu. Tampak di wajah Messi perasaan bersalah. Tapi bukan itu yang kupikirkan sekarang. Yang kupikirkan sekarang adalah cara untuk membuat ‘Anti Fans’-ku diam!
Beberapa saat kemudian Els dan lainnya datang.
“Berhenti!” seru Els membahana, “Apa yang kalian bicarakan??!”
Semua diam begitu melihat Els datang.
“Itu salah dia!” seru salah seorang dari ‘AF’-ku sambil menunjukku.
“Dia mengacaukan acara reuni kita!” tambah yang lain.
“Kalau begitu aku pulang!” balasku mulai geram.
Begitu aku membalikkan badan dan bersiap pergi, Els menarik tanganku dan menggenggamnya erat.
“Maaf, aku salah,” kata Els, “Aku yang mengajaknya. Aku tidak tahu kalau tidak boleh membawa orang luar.”
“Bukan salah George ataupun Kanua!” sela Messi.
“Benar! Kalau seandainya tidak boleh mengajak orang luar, aku tidak akan mengajak Joice!” tambah Ord, “Joice murid St. Angela!”
Joice dan yang lain mengangguk setuju.
“Lagipula kalian jangan asal bicara!” komentar Sally.
“Aku tidak ada apa-apa dengan George,” kata Messi menjelaskan, “Kami bersahabat.”
Aku tidak berkutik, begitu juga para ‘AF’-ku. Mereka terlihat sedikit—bahkan lebih—jengkel dan kecewa.
“Messi sudah bertunangan dengan Alven,” kata Els, “Mereka saling menyukai sejak dulu.”
Aku tersentak mendengar kata-kata Els barusan. “Messi sudah bertunangan dengan Alven? Maksudmu Edric Alven?” pikirku kaget.
“Dan aku sungguh mencintai Kanua,” kata Els tegas, “Jadi tolong terima kami. Aku mohon!”
Tiba-tiba Els membungkuk dalam. Pandangan matanya tadi begitu lembut dan tulus. Segera saja aku ikut membungkuk di samping Els. Tak kusangka, teman-teman—terutama para sahabat Els—turut membungkuk.
Kukira usaha kami berhasil. Para ‘AF’ itu mulai luluh. Mereka mengangguk-anggukkan kepala mereka.
“Kami minta maaf,” kata salah satu dari mereka pada akhirnya, “Terutama kepada Kanua.”
Aku mengangguk. Sejurus kemudian aku langsung memeluk Els erat. Entah apa yang kurasakan malam itu, aku yakin, aku mencintai Els!
_karin0punx_
0 comments:
Post a Comment