“Hei, bangun!” seru seseorang.
“Hei, cepat bangun!” serunya lagi sambil menggoyang-goyang badanku.
“Hei..”
“Ada apa, Ma? Sebentar lagi aku bangun, kok..,” seruku sambil menyangkal tangan orang itu.
“Mama apaan? Jangan mengigau!” tambah orang itu semakin gusar, “Kalau kau tidak bangun, akan kuguyur!”
Sejenak aku merasakan ketenangan dalam tidurku sampai tiba-tiba segelas air menyapu mukaku. Secepat kilat aku bangun dari tidurku.
“Iyaaaa, Ma…!” seruku yang langsung terhenti begitu melihat sesosok orang yang berada tepat di depanku.
Satu hal yang kutahu pasti, orang itu bukan mamaku! Kujauhkan wajahku dari wajahnya yang tadinya berjarak satu kepal dari wajahku.
“Kenapa mengigau terus?” tanyanya heran melihatku kebingungan, “Ayo, sholat!”
“Hah?” pekikku pelan.
Aku benar-benar kebingungan. Sesosok orang di depanku itu mengajakku sholat! Padahal dilihat dari penampilannya, dia bukan orang yang sekiranya muslim. Dia seorang yang keturunan cina tionghoa.
Beberapa saat kemudian, aku langsung mengenali wajah orang yang masih setia menungguku untuk sholat bersama.
“Els?” panggilku.
Dia hanya diam.
“George Els?”
“Siapa lagi? Kau mencoba mengetesku, hah?” katanya sedikit gusar, “Ayo sholat! Ini sudah subuh!”
Segera setelah ajakan terakhir keluar dari mulutnya, sesosok bernama Els itu pergi. Aku pun mengikuti dengan penuh tanda tanya. Kulihat di dinding terdapat fotoku bersamanya ketika.. MENIKAH!!!
***
Aku mencoba mengelilingi rumahku sore itu. Sedikit, bukan sedikit melainkan penuh keheranan yang menyelimutiku. Kenapa aku bisa menikah dengan Els itu. Kenapa aku bisa berada satu atap dengannya sekarang. Bukan maksudku untuk menyangkal, tapi aku benar-benar tidak percaya dengan semua ini.
Terakhir kali aku ingat, aku sedang membicarakan ‘suami’-ku ini dalam konferensi di YM bersama teman-temanku. Itu pun sebelum aku tidur. Namun, kenapa sekarang semua itu menjadi tidak masuk akal begini??
Satu hal lagi yang membuatku terkejut. Kenapa Els bisa berpindah agama??! Apa yang terjadi sebenarnya?? Apakah ini mimpi??
“Hei, Nyolla.. Bagaimana kalau seandainya besok waktu besar kau benar-benar menjadi istrinya??” gurauku ketika aku, Nyolla, dan Deet sedang berkonferensi di YM.
“Apa?? Tidak mau! Aku tidak sudi menjadi istri dari orang yang begitu alim seperti Jay!” seru Nyolla marah.
“Hahaha.. sudahlah! Seperti itu juga tidak apa-apa..,” tambah Deet sambil tertawa.
“Lalu kita reuni di sekolah. Kau datang bersama dengan Jay, dan Jay menggendong seorang anak,” kataku.
“Anak perempuan lucu. Hahahaaa..,” tambah Deet sekali lagi, “Dan aku datang bersama Kahn.”
“Kalau aku, sih akan datang bersama Els. Dia saat itu sudah menjadi suamiku,” kataku cepat, “Dan yang jelas, Els sudah menjadi muslim saat itu! Hahahaa..”
“Curang kalian semua! Masa kalian sama orang yang kalian sukai semua??” protes Nyolla.
“Sudahlah.. Tidak apa-apa. Kau juga suka kan?? Hahahahaa…”
Kucubit pipiku, dan terasa sakit. Berarti itu bukan mimpi!
Kulanjutkan memutari rumah itu. Rumah yang besar. Entah siapa yang membeli rumah ini. Mungkin Els membelinya untuk kami tinggali bersama??
“Kanua, apa yang kau lakukan di luar??” seru Els dari dalam.
“Tidak apa-apa. Hanya melihat-lihat rumah,” seruku dari luar.
***
“Lihat, ada surat masuk!” kata Els memberitahuku ketika aku sedang menonton TV.
“Di mana?” tanyaku tanpa menoleh.
“Di yahoo-mu,” kata Els singkat.
Langsung saja aku menghampiri laptopku yang berada di atas meja.
Dear Kanuaa,
Ayo sukseskan reunian akbar kita di SMA tercinta kita besok,
Hari/tanggal : Minggu, 4 November 2018
Tempat : Aula SMA tercinta
Waktu : 17.00 – selesai
Kita tunggu, ya! Jangan lupa ajak kerabat terdekatmu! ;)
Terimakasih,
Panitia.
“Ada apa?” tanya Els penasaran.
“Eh, undangan..,” kataku.
“Undangan apa?” tanya Els masih penasaran.
“Reuni SMA,” jelasku.
“Kapan?”
“Besok Minggu. Kurasa kau juga harus ikut,” kataku sambil mengangkat bahu.
Setelah memastikan aku akan datang besok Minggu, aku berjalan ke arah meja TV dan melanjutkan menonton TV di samping Els.
***
Hari Minggu akhirnya datang. Aku sudah mulai membiasakan diri tinggal bersama Els. Awalnya aku berharap bahwa keesokan harinya saat aku bangun tidur, aku akan menemukan diriku yang dulu. Diriku yang masih SMA. Namun, hal itu tak kunjung datang.
Pagi itu aku bersama Els jogging bersama di kompleks rumah. Saat itu juga kami bertemu dengan teman SMA Els yang bernama Ord. Ketika melihat aku dan Els lewat, Ord segera menghampiri.
“Hai, apa kabar?” sapa Ord.
“Baik. Lama tak jumpa,” jawab Els sambil tersenyum lebar.
Saat itu juga kuingat senyuman manis milik Els. Senyuman yang sama saat aku masih SMA.
“Hai, Kanua!” sapa Ord.
“Hai!” sapaku kembali, “Kau sendirian?”
“Tidak, aku bersama Joice,” kata Ord memastikan, “Tapi entah di mana dia sekarang. Hehehee..”
“Jadi kapan kalian akan mengikuti jejak kami??” tanya Els sambil tertawa.
“Hahahaa.. Kau ini terlalu berlebihan,” kata Ord sambil tertawa tersipu, “Kami sedang menunggu tanggal yang tepat.”
“Pantas tidak pernah terlihat saat latihan. Hahahaa..,” timpal Els.
Aku yang tidak begitu mengerti maksud mereka, hanya ikut tertawa. Tapi aku tahu bahwa Ord sebentar lagi akan menikah dengan wanita yang bernama Joice itu.
Bila kuperhatikan baik-baik, Ord itu tidak begitu tampan seperti yang dibilang orang-orang. (Aku menyadari itu dari dulu! Kalau tidak, tentu aku akan memilihnya daripada Els!) Tapi tentu saja, yang namanya anak basket pasti memiliki innerstrengh tersendiri.
Beberapa saat kemudian, sesosok wanita melambai kepada Ord. Dan tentu saja setelah berpamitan, Ord berlari menuju sosok yang ternyata Joice itu. Aku dan Els pun melanjutkan acara jogging kami.
“Dia baru akan menikah?” tanyaku.
“Iya, dan wanita tadi adalah Joice,” kata Els menjelaskan, “Kau pernah bertemu Joice sekali, saat SMA.”
“Eh?!” pekikku pelan.
“Jelas saja aku heran. Seminggu yang lalu aku masih SMA, dan saat itu juga aku belum lulus. Bahkan aku juga belum berkenalan dengan suamiku ini! Bagaimana aku bisa bertemu dengan Joice??!” Pikirku dalam hati.
Sore harinya, aku dan Els berangkat jam 16.30 menuju ke SMA-ku untuk menghadiri reuni. Sesampainya di sana, aku terkejut melihat gedung sekolahku telah diperbarui.
Els memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Kulihat pinggir jalan sudah penuh dengan mobil alumni. Segera saja aku keluar dari mobil dan berjalan menuju aula. Di belakangku, Els menyusulku setelah mengunci mobil dan sejurus kemudian dia menggandeng tanganku.
“Kanua!” seru seseorang dari arah belakang ketika aku dan Els akan memasuki gedung aula.
Aku menoleh. Kudapati Rhan memanggilku. Dia dan Niss terlihat bersama.
“Apa kabar?” tanya Rhan sambil memelukku dilanjutkan Niss.
“Baik. Bagaimana kabar kalian?” tanyaku kemudian, “Kalian hanya berdua?”
“Hahahaa.. Suamiku sedang dinas ke luar kota,” kata Niss memberitahuku.
“Kalau aku datang sendiri,” tambah Rhan.
“Kenapa?” tanyaku heran.
“Pacarku ada keperluan. Hehehee…,” kata Rhan sambil cekikikan.
Tiba-tiba dari jauh terdengar suara Deet. Kulihat dia melambai penuh senyuman. Di belakangnya, astaga! Kahn ada di belakangnya!
“Hai!” sapa Deet.
“Hai!” balas kami serentak.
“Hai, Kahn!” sapa Els, “Apa kabar?”
“Hai, George. Kabarku baik,” jawab Kahn sambil tersenyum.
“Lho, Nyolla, Puup, Aka, dan Jund di mana??” tanya Deet sambil mencari sekeliling.
“Puup, Aka, dan Jund tidak bisa datang,” kata Niss, “Puup sedang ada di Tokyo, kalau Jund sedang ada di Paris.”
“Aka ada di Amerika,” tambah Rhan.
“Wow!” Deet berdecik kagum.
“Nyolla?” tanyaku.
“Mungkin sebentar lagi datang,” kata Rhan, “Lihat! Itu dia!”
Langsung saja kupalingkan wajahku ke arah Nyolla dan suaminya dan, astaga lagi! Dia sudah punya anak!
Di sampingnya, Jay sebagai suaminya! Sekali lagi aku teringat perbincanganku, Nyolla, dan Deet. Dia benar-benar menjadi istri Jay! Dan saat itu juga, kulihat Jay menggendong seorang anak perempuan. Anak itu mirip sekali dengan Nyolla dan Jay.
“Argh!” pekikku pelan.
“Kenapa? Kau ingin punya anak juga??” tanya Els padaku sambil tersenyum jail dengan matanya yang semakin sipit.
“Eh??!” pekikku dengan raut wajah ‘what the hell’-ku tanpa bisa berkomentar.
“Halo, semua!” sapa Nyolla dan Jay bersamaan.
“Halo!” sapa anak perempuan yang ada di gendongan Jay.
“Halo!” kami balas menyapa.
“Wah, Noulla sudah besar!” seru Niss.
“Iyaaa..,” seru Noulla gembira.
Malam itu bagiku penuh dengan hal-hal yang tak terduga. Entah ini merupakan mimpi atau bukan. Tapi yang jelas, saat itu hal-hal yang tak terduga itu merupakan sebuah kenyataan.
Saat waktu luang, Els terlihat sedang berbicara dengan teman-temannya dan aku juga sedang mengobrol dengan teman-temanku sendiri.
***
Aku dan yang lainnya—tentu saja Els juga—menikmati suasana reuni. Entah harus bangga atau tidak, aku selalu tersenyum saat teman-teman sekelasku mengatakan: “Jadi kau benar-benar menikah dengan George?”
Saat itu juga aku merasa tidak perlu terbangun dari tidurku apabila semua ini hanya mimpi. J
_karin0punx_
0 comments:
Post a Comment